Kelompok 1
Devi Ramadana (11-026)
Sains Sederhana
Latar Belakang
Menurut Piaget
(1972), anak berusia 6-10 tahun memasuki Tahap
Operasional Konkret,
ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi
hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi
objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini
memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya
lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan,
karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model
"kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat
menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani
sistem klasifikasi.
Melalui
sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih
anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak
berpikir logis. Di dalam sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk
melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dengan alat ukur non-standar,
seperti jengkal, depa, atau kaki dan dilanjutkan dengan alat ukur standar,
seperti meteran dan timbangan. Anak secara bertahap berlatih menggunakan satuan
yang akan memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan
demikian sains akan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains,
kemampuan berpikir logis, dan pengetahuan.
Manfaat Sains Sederhana
Eksplorasi dan investigasi yang merupakan kegiatan untuk
mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam. Mengembangkan ketrampilan
proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan
hasil pengamatan, dan sebagainya. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang
dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan. Memahami pengetahuan
tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.
Teori
Conant (dalam Usman, 2006: 1)
mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan
observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.
Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami
alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Nash dalam
bukunya The Nature of Science menyatakan bahwa ”Science is a way of looking at
the world”. Jadi disini sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk
dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Selanjutnya Nash
mengemukakan bahwa cara memandang sains terhadap sesuatu itu berbeda dengan
cara memandang biasa atau cara memandang filosof misalnya. Cara memandang sains
bersifat analisis, melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkan
antara satu enomena dengan fenomena yang lain sehingga secara keseluruhannya
membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati. Lebih lanjut
ia menandaskan bahwa ”the whole science is nothing more than a refinement of
everyday thinking”. Kalimat tersebut maksudnya adalah metode berpikir atau pola
pikir sains tidak sama dengan pola pikir seharihari, di mana berpikirnya harus
menjalani “refinement” sehingga cermat dan lengkap.
Nagel dalam bab pertama dalam buku
Philosophy of Science Today karangan Sidney Morgenbesser mengemukakan sains
dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu;
1.
Aspek tujuan, sains adalah sebagai alat unstuck menguasai alam, dan memberi
sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Sebagai contoh: berbagai keuntungan
yang didapat dari sains dan teknologinya di bidang kesehatan dan industri.
2.
Aspek pengetahuan yang sistematik, dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil
atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
3.
Aspek metode, metode sains merupakan suatu perangkat aturanaturan untuck
memecahkan masalah, untuk mendapatkan hokum-hukum ataupun teori-teori dari
objek yang diamati.
Pelaksana
Pembelajar
pada pembelajaran pedagogik ini adalah anak-anak berusia enam sampai sepuluh
tahun yang berjumlah empat
orang. Seluruh anggota kelompok berperan sebagai pelaksana.
Pelaksanaan
Hari Pertama:
Jenis Kegiatan:
1.
Perkenalan
Kelompok
memperkenalkan diri pada anak-anak untuk membangun rasa percaya dan rasa
nyaman selama kegiatan berlangsung. Perkenalan dibarengi dengan bertanya
tentang hobi dan cita-cita anak.
2.
Penggabungan Warna
Anak mulai diberi pembelajaran sambil bermain mengenai
penggabungan warna. Anak diharapkan dapat membedakan
warna primer (merah, kuning, biru)
dan warna sekunder (penggabungan warna primer). Anak juga dapat menyebutkan
benda-benda sesuai warna yang akan disebutkan.
Alat dan bahan:
Plastik mika berwarna merah, kuning dan biru.
Kertas HVS putih
Steples
Cara kerja:
Cara kerja:
kertas HVS putih akan
tempelkan mika kuning di atasnya, kemudian ditempelkan lagi mika biru diatasnya. Dan
anak-anak disuruh menyebut warna apa yang tercipta antara penggabungan mika
kuning dan biru. Dengan langkah sama, mika merah ditempel lalu mika kuning juga ditempel
diatasnya. Dan anak-anakpun disuruh
menyebutkan warna apa yang terlihat. Dan terakhir, mika merah
di atas mika biru. Anak-anak juga
disuruh sebut warna apa yang terlihat.
Ini merupakan penggabungan warna yang pertama, untuk
lebih jelasnya lagi, kelompok akan menggunakan media lain untuk menjelaskan
tentang penggabungan warna seperti berikut.
Alat dan bahan:
Gelas plastik
bening (9 buah)
Air
Pewarna makanan merah, kuning, biru
Cara kerja:
Cara kerja:
Isi 3 gelas plastik
dengan air bening (tidak berwarna). Teteskan pewarna merah
ke dalam gelas pertama, kuning ke dalam gelas kedua dan biru ke dalam gelas
ketiga. Apa yang terjadi? Bagilah
cairan berwarna merah, kuning dan biru tadi masing-masing menjadi tiga. Campurkan cairan merah dengan
kuning, apa yang terjadi? Campurkan
cairan merah dengan biru, apa yang terjadi? Campurkan cairan kuning
dengan biru, apa yang terjadi?
Hari Kedua:
1.
Teka-teki Jeruk
Pada sesi ini dibutuhkan dua jeruk. Satu jeruk utuh
dengan kulitnya, dan satu jeruk lagi dikupas kulitnya. Dan dibutuhkan stoples
yang berisi air. Anak-anak disuruh menebak, jeruk utuh dengan kulitnya jika
dimasukkan kedalam stoples yang berisi air akan terapung atau tenggelam. Begitu
juga dengan jeruk yang sudah dikupas kulitnya. Kemudian kelompok akan membrikan
penjelasan secara ilmiah kenapa jeruk yang ada kulitnya terapung dan jeruk yang
dikupas kulitnya tenggelam.
2.
Kapur
Barus Lompat
Dalam sesi kedua ini, diharapkan anak akan mengenali
posisi benda di dalam
air
(tenggelam,
terapung, melayang).
Alat
dan bahan:
Kapur
barus berbentuk bola
Cuka
Soda
kue
Air
Gelas
Sendok
Cara kerja:
Cara kerja:
Isi gelas dengan air hingga tiga
per empat bagian. Tuangkan
dua sendok cuka dan dua sendok soda kue, kemudian aduk sampai merata. Ketuk-ketukkan kapur
barus ke meja sehingga permukaannya yang halus menjadi kasar. Masukkan kapur barus ke
dalam gelas. Apa yang terjadi?
Konsep
Pertama kali kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur barus akan tampak seperti berlompatan.
Pertama kali kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur barus akan tampak seperti berlompatan.
3.
Penutup
Setelah semua sesi sains sederhana yang kami buat
selesai, maka kami memberikan kata penutupan kepada anak-anak yang telah
mengikuti program kami ini.
Tempat
: Jl. Sei Mencirim Gg. Pribadi
Jadwal
|
Kegiatan
|
Rincian Pelaksana
|
Hari Pertama
|
1. Perkenalan
2. Penggabungan Warna
|
1. Semua anggota memperkenalkan diri
2. Penjelasan: Icfadila & Mentari. Pengawasan: Sonya
& Agnes. Video: Devi.
|
Hari Kedua
|
1. Teka-Teki Jeruk
2. Kapur Barus Lompat
3. Penutup
|
1. Penjelasan: Devi & Sonya. Pengawasan: Mentari &
Agnes. Video: Icfadila.
2. Penjelasan: Agnes & mentari. Pengawasan: Icfadila
& Devi. Video: Sonya
3. Semua anggota memberikan kata penutup.
|
Daftar Pustaka
Bell, Beverly.
(1993). Children’s Science,
Constructivism and Learning in Science. Australia: Deakin University Press.
DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan
Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta. Hal. 38-39.
Kumpulan Makalah tentang Literasi Sains dan
Teknologi. IKIP, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar