Minggu, 24 Mei 2015

EVALUASI TUGAS PEMBELAJARAN PEDAGOGIK (SAINS SEDERHANA)

Sonya Lirizky Akbar  (10-048)
Agnes Oktavia            (11-021)
Icfadila Hanisa Lubis (11-022)
Devi Ramadana          (11-026)
Mentari Purba             (11-028)


LATAR BELAKANG
                Menurut Piaget (1972), anak berusia 6-10 tahun memasuki Tahap Operasional Konkret, ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.  Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.  Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya.  Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.  Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu.  Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.  Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Di dalam sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dengan alat ukur non-standar, seperti jengkal, depa, atau kaki dan dilanjutkan dengan alat ukur standar, seperti meteran dan timbangan. Anak secara bertahap berlatih menggunakan satuan yang akan memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains akan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir logis, dan pengetahuan.
MANFAAT SAINS SEDERHANA
Eksplorasi dan investigasi yang merupakan kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alamMengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.
TEORI
Conant (dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Nash dalam bukunya The Nature of Science menyatakan bahwa ”Science is a way of looking at the world”. Jadi disini sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Selanjutnya Nash mengemukakan bahwa cara memandang sains terhadap sesuatu itu berbeda dengan cara memandang biasa atau cara memandang filosof misalnya. Cara memandang sains bersifat analisis, melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkan antara satu enomena dengan fenomena yang lain sehingga secara keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati. Lebih lanjut ia menandaskan bahwa ”the whole science is nothing more than a refinement of everyday thinking”. Kalimat tersebut maksudnya adalah metode berpikir atau pola pikir sains tidak sama dengan pola pikir seharihari, di mana berpikirnya harus menjalani “refinement” sehingga cermat dan lengkap.
Nagel dalam bab pertama dalam buku Philosophy of Science Today karangan Sidney Morgenbesser mengemukakan sains dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu;
1. Aspek tujuan, sains adalah sebagai alat unstuck menguasai alam, dan memberi sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Sebagai contoh: berbagai keuntungan yang didapat dari sains dan teknologinya di bidang kesehatan dan industri.
2. Aspek pengetahuan yang sistematik, dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
3. Aspek metode, metode sains merupakan suatu perangkat aturanaturan untuck memecahkan masalah, untuk mendapatkan hokum-hukum ataupun teori-teori dari objek yang diamati.
PELAKSANA
Pembelajar pada pembelajaran pedagogik ini adalah anak-anak berusia enam sampai delapan tahun yang berjumlah tiga orang. Seluruh anggota kelompok berperan sebagai pelaksana.
TEMPAT
Jl. Sei Mencirim Gg. Pribadi
WAKTU
Hari pertama:
Jumat, 24 April 2015
13.00 - selesai

Hari kedua:
Sabtu, 25 april 2015
13.00 - selesai
PELAKSANAAN
Hari Pertama:
Jenis Kegiatan:
1.      Perkenalan
Kelompok memperkenalkan diri pada anak-anak untuk membangun rasa percaya dan rasa nyaman selama kegiatan berlangsung. Perkenalan dibarengi dengan bertanya tentang hobi dan cita-cita anak.
2.      Penggabungan Warna
Anak mulai diberi pembelajaran sambil bermain mengenai penggabungan warna. Anak diharapkan dapat membedakan warna primer (merah, kuning, biru) dan warna sekunder (penggabungan warna primer). Anak juga dapat menyebutkan benda-benda sesuai warna yang akan disebutkan.
Alat dan bahan:
Plastik mika berwarna merah, kuning dan biru.
Kertas HVS putih

Cara kerja
:
Kertas HVS putih akan tempelkan mika kuning di atasnya, kemudian ditempelkan lagi mika biru diatasnya. Dan anak-anak disuruh menyebut warna apa yang tercipta antara penggabungan mika kuning dan biru.  Dengan langkah sama, mika merah ditempel lalu mika kuning juga ditempel diatasnya. Dan anak-anakpun  disuruh menyebutkan warna apa yang terlihat. Dan terakhir, mika merah di atas mika biru. Anak-anak juga disuruh sebut warna apa yang terlihat.
Ini merupakan penggabungan warna yang pertama, untuk lebih jelasnya lagi, kelompok akan menggunakan media lain untuk menjelaskan tentang penggabungan warna seperti berikut.
Alat dan bahan:
Gelas plastik bening (6 buah)
Air
Pewarna makanan merah, kuning, biru

Cara kerja:
Isi 3 gelas plastik dengan air bening (tidak berwarna)Teteskan pewarna merah ke dalam gelas pertama, kuning ke dalam gelas kedua dan biru ke dalam gelas ketiga. Campurkan cairan merah dengan kuning, apa yang terjadi? Campurkan cairan merah dengan biru, apa yang terjadi? Campurkan cairan kuning dengan biru, apa yang terjadi?
Proses pelaksanaan:
Hari Jumat 24 april 2015 kami bergerak dari kampus sekitar jam 12 lebih dan tiba di lokasi sekitar pukul 13.00. Setibanya di lokasi yang mana merupakan rumah dari salah satu anggota kelompok yaitu Devi, kami langsung memanggil anak-anak yang akan kami ajarkan sains sederhana. Mereka adalah anak-anak yang tinggal di sekitaran rumah Devi. Anak-anak yang kami panggil berjumlah tiga orang, tetapi ada adik dari salah satu mereka yang harus ikut karena sedang bermain dengan kakaknya yang berusi tiga tahun. tetapi kami hanya fokus dengan tiga orang yang memiliki rentang usia 6-8 tahun. Mereka bernama, Farhan (6 tahun), Mona (8 tahun) dan Fikri (8 tahun). Selanjutnya kami melakukan perkenalan dengan mereka dengan menanyakan nama masing-masing dan memperkanalkan diri kami juga. Tidak ada masalah yang berarti dalam proses perkenalan karena mereka adalah anak-anak yang termasuk mudah dekat dengan dan berbaur dengan orang lain. Setelah sesi perkenalan kami langsung masuk ke kegiatan yang akan dipandu oleh Mentari dan Icfadila. Kegiatan pertama adalah pengenalan dan penggabungan warna dengan kertas mika. Pertama-tama kami menunjukkan kertas mika berwarna merah, kuning dan biru kepada mereka dan menyuruh mereka menyebutkan warna-warna tersebut. Untuk warna-warna ini mereka masih bisa dengan mudah mengenali warnanya tetapi untuk anak-anak yang lebih kecil seperti Farhan dan Balqis masih agak kesulitan. Kemudian kami mulai menempelkan dua kertas mika dan menyuruh mereka menyebutkan warna-warna tersebut. untuk warna hijau yang digabungkan dari warna biri dan kuning mereka dapat dengan mudah mengenalinya, namun ketika kertas mika disatukan menjadi warna oranye dan ungu, mereka sedikit kebingungan. Lalu kami terus mengulanginya sehingga mereka dapat mengingat warna-warna tadi.
Selanjutnya, masih pengenalan dan penggabungan warna, kami mengganti bahan menjadi cat air. Di sini anak-anak lebih bersemangat karena dapat mencampur sendiri warna-warnanya. Kami mencampurkan air dan cat air berwarna merah, kuning, dan biru ke dalam gelas plastik dan mengajak mereka untuk mencampurkan dua warna ke satu gelas plastik secara bergiliran. Mereka terlihat lebih bersemangat dan untuk cara yang kedua ini mereka sudah mulai dapat mengenali pencampuran warna dengan mudah. Mereka juga kami beri kesempatan untuk mencampurkan dua warna cat pada selembar kertas dan menyuruh mereka menyebutkan warna yang dihasilkan. Mereka juga sudah bisa menyebutkan warna-warna yang mereka campur sendiri di kertas tadi. Kemudian kami menanyakan warna-warna kesukaan mereka dari warna-warna tadi. Mereka menyebutkan dan menunjuk warna kesukaan mereka dengan gembira.
Akhirnya kami mengakhiri kegiatan hari pertama dengan mengucapkan terimakasih dan memberikan snack kepada mereka sebagai tanda terimakasih.

Hari Kedua:
1.      Teka-teki Jeruk
Pada sesi ini, diharapkan anak akan mengenali posisi benda di dalam air (tenggelam dan terapung).
2.      Kapur Barus Lompat
Dalam sesi kedua ini, diharapkan anak akan mengenali posisi benda di dalam air (tenggelam, terapung, melayang).
Alat dan bahan:
Jeruk
Stoples
Air
Cara kerja:
Sediakan dua buah jeruk. Satu jeruk utuh dengan kulitnya, dan satu jeruk lagi dikupas kulitnya. Dan dibutuhkan stoples yang berisi air. Anak-anak disuruh menebak, jeruk utuh dengan kulitnya jika dimasukkan kedalam stoples yang berisi air akan terapung atau tenggelam. Begitu juga dengan jeruk yang sudah dikupas kulitnya. Kemudian kelompok akan memberikan penjelasan secara ilmiah kenapa jeruk yang ada kulitnya terapung dan jeruk yang dikupas kulitnya tenggelam.
Alat dan bahan:
Kapur barus berbentuk bola
Cuka
Soda kue
Air
Gelas
Sendok

Cara kerja
:
Isi gelas dengan air hingga tiga per empat bagian. Tuangkan dua sendok cuka dan dua sendok soda kue, kemudian aduk sampai merata. Ketuk-ketukkan kapur barus ke meja sehingga permukaannya yang halus menjadi kasar. Masukkan kapur barus ke dalam gelas. Apa yang terjadi?
Konsep
Pertama kali kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur barus akan tampak seperti berlompatan.
Proses pelaksanaan:
Pada hari kedua tanggal 25 April 2015 jam 13.00, kami kembali berjumpa dengan anak-anak yang mengikuti kegiatan di hari pertama. Pada awal kegiatan di hari ini, kami sedikit menyinggung kegiatan yang telah kami lakukan di hari pertama. Kami menanyakan apa yang telah kami lakukan di hari pertama, yaitu mencampur warna dasar untuk menghasilkan warna baru. Kami menanyakan apakah mereka ingat warna apa yang harus dicampur untuk menghasilkan warna tertentu.
Lalu setelah pembukaan, kami mulai menjelaskan eksperimen apa yang akan kami lakukan hari ini. Yaitu "Teka Teki Jeruk" dan "Kapur Barus Lompat". Kami membagi kegiatan menjadi dua sesi.
Pada sesi pertama, yaitu eksperimen "Teka-teki Jeruk", anggota kelompok yang bertugas menjelaskan kegiatan adalah Devi dan Agnes. Mulanya, kelompok memperkenalkan bahan yang digunakan. Yaitu jeruk dan stoples berisi air. Kelompok memperlihatkan sebuah jeruk bulat yang utuh dengan kulitnya dan sebuah jeruk yang kulitnya sudah dikupas. Kemudian kelompok menanyakan jika jeruk dimasukkan ke dalam stoples berisi air, apakah jeruk tersebut tenggelam. Semua anak menjawab kedua jeruk tersebut akan tenggelam. Lalu kelompok menyuruh dua anak untuk memasukkan sendiri jeruk tersebut. Pertama jeruk yang sudah dikupas kulitnya, ketika tenggelam, kelompok memuji ternyata tebakan anak-anak benar. Lalu ketika jeruk yang belum dikupas kulitnya dimasukkan dan ternyata mengapung, anak-anak terlihat heran. Anak yang kelompok suruh untuk memasukkan jeruk tersebut ke dalam air bahkan menekan untuk memaksa jeruk agar tenggelam. Kemudian kami menjelaskan apa yang terjadi pada jeruk tersebut. Setelah itu, kami menguji lagi, menanyakan jeruk mana yang akan tenggelam dan mengapung jika dimasukkan ke dalam air, dan membiarkan mereka mengujinya sendiri.
Sesi kedua adalah "Kapur Barus Lompat".
Sebelum memulai sesi kedua, kelompok mengajak anak-anak memakan beberapa jeruk yang telah dibawa, lalu melanjutkan eksperimen kedua. Eksperimen ini dipandu oleh Sonya dan Mentari. Sama seperti sesi pertama, anak-anak dijelaskan bahan yang digunakan dan menanyakan apakah anak-anak tau apa itu kapur barus, cuka, dan soda kue. Kelompok memperkenalkan kapur barus, cuka, dan soda kue beserta gunanya. Kemudian kelompok mengisi gelas dengan air hingga tiga per empat bagian, menuangkan dua sendok cuka dan dua sendok soda kue, kemudian mengaduknya sampai merata, kapur barus diketukkan ke meja sehingga permukaannya yang halus menjadi kasar. Eksperimen dicontohkan oleh kelompok baru menyuruh anak memerhatikan dan mencobanya sendiri di depan kelompok. Akhirnya setelah sesi kedua selesai, maka selesai percobaan hari kedua, begitu pula kegiatan sains sederhana ini.
Pada penutupan, kelompok mereview sedikit bagaimana kegiatan yang telah dilakukan, menanyakan apa saja yang telah mereka tau. Akhirnya, kelompok mengucapkan terima kasih atas kemauan anak-anak untuk mengikuti kegiatan, dan membagikan snack untuk mereka.
3.      Penutup
Setelah semua sesi sains sederhana yang kami buat selesai, maka kami memberikan kata penutupan kepada anak-anak yang telah mengikuti program kami ini.
Tanggal
Kegiatan
Rincian Pelaksana
Hari Pertama (24 April 2015)
1.      Perkenalan
2.      Penggabungan Warna
1.      Semua anggota memperkenalkan diri
2.      Penjelasan: Icfadila & Mentari. Pengawasan: Sonya & Agnes. Video: Devi.
Hari Kedua (25 april 2015)
1.      Teka-Teki Jeruk
2.      Kapur Barus Lompat
3.      Penutup
1.      Penjelasan: Devi & Sonya. Pengawasan: Mentari & Agnes. Video: Icfadila.
2.      Penjelasan: Agnes & Mentari. Pengawasan: Icfadila & Devi. Video: Sonya
3.      Semua anggota memberikan kata penutup.
 
KRITIK DAN SARAN
 Kelompok mendapatkan pertanyaan dari teman dan dosen berupa kritik dan saran sebagai berikut.
Sinta. Umur berapakah anak yang kami ajarkan sains sederhana? Apakah mereka tidak bingung dengan penjelasan ilmiah yang kami berikan?
Kami menggunakan anak yang berumur enam sampai delapan tahun. Kami memberikan penjelasan ilmiah secara sederhana dan memakai kata-kata sederhana agar anak memahaminya. Setelah kami selesai menjelaska, kami menanyakan pada anak apakah mereka sudah mengerti atau belum dan meminta mereka menjelaskannya ulang, sehingga kami mengetahui jika anak-anak itu sudah paham.
Ilmy. apakah pembelajaran yang kami berikan terlalu tinggi?
Sebenarnya tidak. Karena pembelajaran yang kami berikan sederhana saja, seperti penggabungan warna yang hanya memberitahukan ada warna dasar yang jika disatukan dapat menghasilkan warna baru. Begitu pula dengan Teka-Teki Jeruk dan Kapur Barus Lompat hanya memperkenalkan konsep terapung dan tenggelam. Jika terapung maka bendanya ada di atas permukaan air dan jika di bawah maka benda ada di bawah atau dasar air.
Dari pembelajaran yang kami berikan pada anak, kami berharap mereka dapat mendapatkan ilmu lebih dahulu dari teman-teman sekolahnya. tentu saja kelompok menyadari kalau anak belum mendapatkan ilmu seperti ini di sekolah mereka. Mengetahui bahwa anak yang kami ajar adalah murid kelas satu dan kelas dua SD, dan kami tahu bahwa belajar terapung dan tenggelam baru dipelajari pada kelas tiga SD. sehingga kami berharap anak yang kami ajarkan mendapatkan pengetahuan baru. jika mereka sudah belajar di Sekolah justru tidak ada gunanya kami mengajarkannya kembali. 

Bu Dina. Asik dan Seru menurut kelompok? apakah ada testimoni yang ditanyakan pada anak-anak?
pada proses pembelajaran, kelompok memang lebih asik sendiri daripada anak-anak yang diajarkan. Hal ini terjadi mungkin karena jumlah kelompok yang lebih banyak daripada anak-anak yang diajak belajar, sehingga anak-anak yang diajarkan cukup kaku. Apalagi selama proses pengajaran kami merekamnya, hal ini membuat anak-anak jadi tambah kaku. Sehingga kelihatan ditayangan video, mereka kurang nyaman.
Kelompok ada menanyakan testimoni kepada anak-anak, tetapi lagi-lagi kelompok asik sendiri, tidak menunggu jawaban dari anak-anak tersebut yang malu-malu dan bingung untuk menjawabnya. Sehingga akhirnya kelompok tidak mendapatkan jawabannya.

 
PERINCIAN BIAYA
 
Hari pertama:
-        Kertas mika 3 lembar: Rp 1.500,-
-        Kertas HVS 3 lembar: Rp. 1.000,-
-        Cat air: Rp 15.000,-
-        Reward: Rp 4.000,-/ anak (Rp 4.000,- x 4) = Rp 16.000,-
Jumlah: Rp 33.500,-

Hari kedua:
-        Kapur barus: Rp 12.000,-
-        Cuka: Rp 7.000,-
-        Soda kue: Rp 4.500.-
-        Jeruk: - (dibawa anggota kelompok dari rumah)
-        Reward: Rp 4.000,-/ anak (Rp 4.000,- x 4) = Rp 16.000,-
Jumlah: Rp 39.500,-

TOTAL:  Rp 33.500,- + Rp 39.500,- = Rp 73.000,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar