Agnes Oktavia (11-021)
Icfadila Hanisa Lubis (11-022)
Devi Ramadana (11-026)
Mentari Purba (11-028)
LATAR
BELAKANG
Menurut
Piaget (1972), anak berusia 6-10 tahun memasuki Tahap Operasional Konkret,
ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi
hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe
tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam
dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi
ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak
perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan
menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan
tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.
Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut
melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga
melatih anak berpikir logis. Di dalam sains, anak juga berlatih menggunakan
alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dengan alat
ukur non-standar, seperti jengkal, depa, atau kaki dan dilanjutkan dengan alat
ukur standar, seperti meteran dan timbangan. Anak secara bertahap berlatih
menggunakan satuan yang akan memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan
rasional. Dengan demikian sains akan melatih anak untuk mengembangkan
keterampilan proses sains, kemampuan berpikir logis, dan pengetahuan.
MANFAAT SAINS SEDERHANA
Eksplorasi dan investigasi yang merupakan kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam. Mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan,
mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya. Mengembangkan
rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan. Memahami
pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.
TEORI
Conant (dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan
konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh
sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains
adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan
eksperimen yang terkontrol. Nash dalam bukunya The Nature of Science menyatakan
bahwa ”Science is a way of looking at the world”. Jadi disini sains dipandang
sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini
adalah dunia. Selanjutnya Nash mengemukakan bahwa cara memandang sains terhadap
sesuatu itu berbeda dengan cara memandang biasa atau cara memandang filosof
misalnya. Cara memandang sains bersifat analisis, melihat sesuatu secara
lengkap dan cermat serta dihubungkan antara satu enomena dengan fenomena yang
lain sehingga secara keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru
tentang objek yang diamati. Lebih lanjut ia menandaskan bahwa ”the whole
science is nothing more than a refinement of everyday thinking”. Kalimat
tersebut maksudnya adalah metode berpikir atau pola pikir sains tidak sama
dengan pola pikir seharihari, di mana berpikirnya harus menjalani “refinement”
sehingga cermat dan lengkap.
Nagel dalam bab pertama dalam buku Philosophy of Science Today karangan
Sidney Morgenbesser mengemukakan sains dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu;
1. Aspek tujuan, sains adalah sebagai alat unstuck menguasai alam, dan memberi
sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Sebagai contoh: berbagai keuntungan
yang didapat dari sains dan teknologinya di bidang kesehatan dan industri.
2. Aspek pengetahuan yang sistematik, dan tangguh dalam arti merupakan
suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
3. Aspek metode, metode sains merupakan suatu perangkat aturanaturan untuck
memecahkan masalah, untuk mendapatkan hokum-hukum ataupun teori-teori dari
objek yang diamati.
PELAKSANA
Pembelajar
pada pembelajaran pedagogik ini adalah anak-anak berusia enam sampai delapan tahun yang berjumlah tiga orang. Seluruh anggota
kelompok berperan sebagai pelaksana.
TEMPAT
Jl. Sei
Mencirim Gg. Pribadi
WAKTU
Hari pertama:
Jumat, 24 April 2015
13.00 - selesai
Hari kedua:
Sabtu, 25 april 2015
13.00 - selesai
PELAKSANAAN
Hari Pertama:
Jenis Kegiatan:
1. Perkenalan
Kelompok memperkenalkan diri pada anak-anak untuk
membangun rasa percaya dan rasa nyaman selama kegiatan berlangsung. Perkenalan
dibarengi dengan bertanya tentang hobi dan cita-cita anak.
2. Penggabungan Warna
Anak mulai diberi pembelajaran sambil bermain mengenai
penggabungan warna. Anak diharapkan dapat
membedakan warna primer (merah, kuning, biru) dan warna sekunder
(penggabungan warna primer). Anak juga dapat menyebutkan benda-benda sesuai
warna yang akan disebutkan.
Alat dan bahan:
Plastik
mika berwarna merah, kuning dan biru.
Kertas
HVS putih
Cara kerja:
Kertas HVS putih akan tempelkan mika kuning di atasnya, kemudian ditempelkan lagi mika biru diatasnya.
Dan anak-anak disuruh menyebut warna apa yang tercipta antara penggabungan mika
kuning dan biru. Dengan langkah sama, mika merah ditempel
lalu mika kuning juga ditempel diatasnya. Dan anak-anakpun disuruh
menyebutkan warna apa yang terlihat. Dan terakhir, mika merah di atas mika biru. Anak-anak juga disuruh sebut warna apa yang terlihat.
Ini merupakan penggabungan warna yang pertama, untuk
lebih jelasnya lagi, kelompok akan menggunakan media lain untuk menjelaskan
tentang penggabungan warna seperti berikut.
Alat dan bahan:
Gelas plastik bening (6 buah)
Air
Pewarna
makanan merah, kuning, biru
Cara kerja:
Isi 3
gelas plastik dengan air bening (tidak berwarna). Teteskan pewarna merah ke
dalam gelas pertama, kuning ke dalam gelas kedua dan biru ke dalam gelas
ketiga. Campurkan cairan merah dengan kuning, apa yang terjadi? Campurkan cairan
merah dengan biru, apa yang terjadi? Campurkan cairan kuning dengan biru,
apa yang terjadi?
Proses pelaksanaan:
Hari Jumat 24 april 2015 kami bergerak dari kampus
sekitar jam 12 lebih dan tiba di lokasi sekitar pukul 13.00. Setibanya di
lokasi yang mana merupakan rumah dari salah satu anggota kelompok yaitu Devi,
kami langsung memanggil anak-anak yang akan kami ajarkan sains sederhana. Mereka
adalah anak-anak yang tinggal di sekitaran rumah Devi. Anak-anak yang kami
panggil berjumlah tiga orang, tetapi ada adik dari salah satu mereka yang harus ikut karena sedang bermain dengan kakaknya yang berusi tiga tahun. tetapi kami hanya fokus dengan tiga orang yang memiliki rentang usia 6-8 tahun. Mereka bernama, Farhan (6 tahun), Mona (8 tahun) dan Fikri (8 tahun). Selanjutnya
kami melakukan perkenalan dengan mereka dengan menanyakan nama masing-masing
dan memperkanalkan diri kami juga. Tidak ada masalah yang berarti dalam proses
perkenalan karena mereka adalah anak-anak yang termasuk mudah dekat dengan dan
berbaur dengan orang lain. Setelah sesi perkenalan kami langsung masuk ke
kegiatan yang akan dipandu oleh Mentari dan Icfadila. Kegiatan pertama adalah pengenalan dan penggabungan warna dengan
kertas mika. Pertama-tama kami menunjukkan kertas mika berwarna merah, kuning
dan biru kepada mereka dan menyuruh mereka menyebutkan warna-warna tersebut. Untuk
warna-warna ini mereka masih bisa dengan mudah mengenali warnanya tetapi untuk
anak-anak yang lebih kecil seperti Farhan dan Balqis masih agak kesulitan. Kemudian
kami mulai menempelkan dua kertas mika dan menyuruh mereka menyebutkan
warna-warna tersebut. untuk warna hijau yang digabungkan dari warna biri dan
kuning mereka dapat dengan mudah mengenalinya, namun ketika kertas mika disatukan
menjadi warna oranye dan ungu, mereka sedikit kebingungan. Lalu kami terus
mengulanginya sehingga mereka dapat mengingat warna-warna tadi.
Selanjutnya, masih pengenalan dan penggabungan warna,
kami mengganti bahan menjadi cat air. Di sini anak-anak lebih bersemangat
karena dapat mencampur sendiri warna-warnanya. Kami mencampurkan air dan cat
air berwarna merah, kuning, dan biru ke dalam gelas plastik dan mengajak mereka
untuk mencampurkan dua warna ke satu gelas plastik secara bergiliran. Mereka terlihat
lebih bersemangat dan untuk cara yang kedua ini mereka sudah mulai dapat
mengenali pencampuran warna dengan mudah. Mereka juga kami beri kesempatan
untuk mencampurkan dua warna cat pada selembar kertas dan menyuruh mereka
menyebutkan warna yang dihasilkan. Mereka juga sudah bisa menyebutkan
warna-warna yang mereka campur sendiri di kertas tadi. Kemudian kami menanyakan
warna-warna kesukaan mereka dari warna-warna tadi. Mereka menyebutkan dan menunjuk
warna kesukaan mereka dengan gembira.
Akhirnya kami mengakhiri kegiatan hari pertama dengan
mengucapkan terimakasih dan memberikan snack kepada mereka sebagai tanda
terimakasih.
Hari Kedua:
1. Teka-teki
Jeruk
Pada sesi ini, diharapkan anak akan mengenali posisi
benda di dalam air (tenggelam dan terapung).
2. Kapur Barus Lompat
Dalam sesi kedua ini,
diharapkan anak akan mengenali posisi benda di dalam air (tenggelam, terapung,
melayang).
Alat dan bahan:
Jeruk
Stoples
Air
Cara kerja:
Sediakan dua buah jeruk. Satu jeruk utuh dengan kulitnya,
dan satu jeruk lagi dikupas kulitnya. Dan dibutuhkan stoples yang berisi air.
Anak-anak disuruh menebak, jeruk utuh dengan kulitnya jika dimasukkan kedalam
stoples yang berisi air akan terapung atau tenggelam. Begitu juga dengan jeruk
yang sudah dikupas kulitnya. Kemudian kelompok akan memberikan penjelasan
secara ilmiah kenapa jeruk yang ada kulitnya terapung dan jeruk yang dikupas
kulitnya tenggelam.
Alat dan bahan:
Kapur
barus berbentuk bola
Cuka
Soda kue
Air
Gelas
Sendok
Cara kerja:
Isi gelas dengan air hingga tiga per empat bagian. Tuangkan dua sendok
cuka dan dua sendok soda kue, kemudian aduk sampai merata. Ketuk-ketukkan
kapur barus ke meja sehingga permukaannya yang halus menjadi kasar. Masukkan
kapur barus ke dalam gelas. Apa yang terjadi?
Konsep
Pertama kali kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur barus akan tampak seperti berlompatan.
Pertama kali kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur barus akan tampak seperti berlompatan.
Proses pelaksanaan:
Pada hari kedua tanggal 25 April 2015 jam 13.00, kami kembali berjumpa
dengan anak-anak yang mengikuti kegiatan di hari pertama. Pada awal kegiatan di
hari ini, kami sedikit menyinggung kegiatan yang telah kami lakukan di hari
pertama. Kami menanyakan apa yang telah kami lakukan di hari pertama, yaitu
mencampur warna dasar untuk menghasilkan warna baru. Kami menanyakan apakah
mereka ingat warna apa yang harus dicampur untuk menghasilkan warna tertentu.
Lalu setelah pembukaan, kami mulai menjelaskan eksperimen apa yang akan
kami lakukan hari ini. Yaitu "Teka Teki Jeruk" dan "Kapur Barus
Lompat". Kami membagi kegiatan menjadi dua sesi.
Pada sesi pertama, yaitu eksperimen "Teka-teki Jeruk", anggota
kelompok yang bertugas menjelaskan kegiatan adalah Devi dan Agnes. Mulanya,
kelompok memperkenalkan bahan yang digunakan. Yaitu jeruk dan stoples berisi
air. Kelompok memperlihatkan sebuah jeruk bulat yang utuh dengan kulitnya dan
sebuah jeruk yang kulitnya sudah dikupas. Kemudian kelompok menanyakan jika
jeruk dimasukkan ke dalam stoples berisi air, apakah jeruk tersebut tenggelam.
Semua anak menjawab kedua jeruk tersebut akan tenggelam. Lalu kelompok menyuruh
dua anak untuk memasukkan sendiri jeruk tersebut. Pertama jeruk yang sudah
dikupas kulitnya, ketika tenggelam, kelompok memuji ternyata tebakan anak-anak
benar. Lalu ketika jeruk yang belum dikupas kulitnya dimasukkan dan ternyata
mengapung, anak-anak terlihat heran. Anak yang kelompok suruh untuk memasukkan jeruk
tersebut ke dalam air bahkan menekan untuk memaksa jeruk agar tenggelam.
Kemudian kami menjelaskan apa yang terjadi pada jeruk tersebut. Setelah itu,
kami menguji lagi, menanyakan jeruk mana yang akan tenggelam dan mengapung jika
dimasukkan ke dalam air, dan membiarkan mereka mengujinya sendiri.
Sesi kedua adalah "Kapur Barus Lompat".
Sebelum memulai sesi kedua, kelompok mengajak anak-anak memakan beberapa
jeruk yang telah dibawa, lalu melanjutkan eksperimen kedua. Eksperimen ini
dipandu oleh Sonya dan Mentari. Sama seperti sesi pertama, anak-anak dijelaskan
bahan yang digunakan dan menanyakan apakah anak-anak tau apa itu kapur barus,
cuka, dan soda kue. Kelompok memperkenalkan kapur barus, cuka, dan soda kue
beserta gunanya. Kemudian kelompok mengisi gelas dengan air hingga tiga per
empat bagian, menuangkan dua sendok cuka dan dua sendok soda kue, kemudian
mengaduknya sampai merata, kapur barus diketukkan ke meja sehingga permukaannya
yang halus menjadi kasar. Eksperimen dicontohkan oleh kelompok baru menyuruh
anak memerhatikan dan mencobanya sendiri di depan kelompok. Akhirnya
setelah sesi kedua selesai, maka selesai percobaan hari kedua, begitu pula
kegiatan sains sederhana ini.
Pada penutupan, kelompok mereview sedikit bagaimana kegiatan yang telah
dilakukan, menanyakan apa saja yang telah mereka tau. Akhirnya, kelompok
mengucapkan terima kasih atas kemauan anak-anak untuk mengikuti kegiatan, dan
membagikan snack untuk mereka.
3. Penutup
Setelah semua sesi sains sederhana yang kami buat
selesai, maka kami memberikan kata penutupan kepada anak-anak yang telah
mengikuti program kami ini.
Tanggal
|
Kegiatan
|
Rincian Pelaksana
|
Hari Pertama (24 April 2015)
|
1. Perkenalan
2. Penggabungan
Warna
|
1. Semua anggota
memperkenalkan diri
2. Penjelasan:
Icfadila & Mentari. Pengawasan: Sonya & Agnes. Video: Devi.
|
Hari Kedua (25 april 2015)
|
1. Teka-Teki
Jeruk
2. Kapur Barus
Lompat
3. Penutup
|
1. Penjelasan:
Devi & Sonya. Pengawasan: Mentari & Agnes. Video: Icfadila.
2. Penjelasan:
Agnes & Mentari. Pengawasan: Icfadila & Devi. Video: Sonya
3. Semua anggota
memberikan kata penutup.
|
KRITIK DAN SARAN
Kelompok mendapatkan pertanyaan dari teman dan dosen berupa kritik dan saran sebagai berikut.
Sinta. Umur berapakah anak yang kami ajarkan sains sederhana? Apakah mereka tidak bingung dengan penjelasan ilmiah yang kami berikan?
Kami menggunakan anak yang berumur enam sampai delapan tahun. Kami memberikan penjelasan ilmiah secara sederhana dan memakai kata-kata sederhana agar anak memahaminya. Setelah kami selesai menjelaska, kami menanyakan pada anak apakah mereka sudah mengerti atau belum dan meminta mereka menjelaskannya ulang, sehingga kami mengetahui jika anak-anak itu sudah paham.
Ilmy. apakah pembelajaran yang kami berikan terlalu tinggi?
Sebenarnya tidak. Karena pembelajaran yang kami berikan sederhana saja, seperti penggabungan warna yang hanya memberitahukan ada warna dasar yang jika disatukan dapat menghasilkan warna baru. Begitu pula dengan Teka-Teki Jeruk dan Kapur Barus Lompat hanya memperkenalkan konsep terapung dan tenggelam. Jika terapung maka bendanya ada di atas permukaan air dan jika di bawah maka benda ada di bawah atau dasar air.
Dari pembelajaran yang kami berikan pada anak, kami berharap mereka dapat mendapatkan ilmu lebih dahulu dari teman-teman sekolahnya. tentu saja kelompok menyadari kalau anak belum mendapatkan ilmu seperti ini di sekolah mereka. Mengetahui bahwa anak yang kami ajar adalah murid kelas satu dan kelas dua SD, dan kami tahu bahwa belajar terapung dan tenggelam baru dipelajari pada kelas tiga SD. sehingga kami berharap anak yang kami ajarkan mendapatkan pengetahuan baru. jika mereka sudah belajar di Sekolah justru tidak ada gunanya kami mengajarkannya kembali.
Bu Dina. Asik dan Seru menurut kelompok? apakah ada testimoni yang ditanyakan pada anak-anak?
pada proses pembelajaran, kelompok memang lebih asik sendiri daripada anak-anak yang diajarkan. Hal ini terjadi mungkin karena jumlah kelompok yang lebih banyak daripada anak-anak yang diajak belajar, sehingga anak-anak yang diajarkan cukup kaku. Apalagi selama proses pengajaran kami merekamnya, hal ini membuat anak-anak jadi tambah kaku. Sehingga kelihatan ditayangan video, mereka kurang nyaman.
Kelompok ada menanyakan testimoni kepada anak-anak, tetapi lagi-lagi kelompok asik sendiri, tidak menunggu jawaban dari anak-anak tersebut yang malu-malu dan bingung untuk menjawabnya. Sehingga akhirnya kelompok tidak mendapatkan jawabannya.
PERINCIAN BIAYA
Hari
pertama:
-
Kertas mika 3 lembar: Rp 1.500,-
-
Kertas HVS 3 lembar: Rp. 1.000,-
-
Cat air: Rp 15.000,-
-
Reward: Rp 4.000,-/ anak (Rp 4.000,- x 4) = Rp
16.000,-
Jumlah:
Rp 33.500,-
Hari kedua:
-
Kapur barus: Rp 12.000,-
-
Cuka: Rp 7.000,-
-
Soda kue: Rp 4.500.-
-
Jeruk: - (dibawa anggota kelompok dari rumah)
-
Reward: Rp 4.000,-/ anak (Rp 4.000,- x 4) = Rp
16.000,-
Jumlah:
Rp 39.500,-
TOTAL:
Rp 33.500,- + Rp 39.500,- = Rp 73.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar