Minggu, 05 April 2015

RANCANGAN PEMBELAJARAN PEDAGOGIK



Kelompok 1
Devi Ramadana           (11-026)         

Sains Sederhana


Latar Belakang

Menurut Piaget (1972), anak berusia 6-10 tahun memasuki Tahap Operasional Konkret, ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.  Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.  Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya.  Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.  Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu.  Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.  Anak mampu menangani sistem klasifikasi.

Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Di dalam sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dengan alat ukur non-standar, seperti jengkal, depa, atau kaki dan dilanjutkan dengan alat ukur standar, seperti meteran dan timbangan. Anak secara bertahap berlatih menggunakan satuan yang akan memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains akan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir logis, dan pengetahuan.

Manfaat Sains Sederhana

Eksplorasi dan investigasi yang merupakan kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam. Mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.
Teori
Conant (dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Nash dalam bukunya The Nature of Science menyatakan bahwa ”Science is a way of looking at the world”. Jadi disini sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Selanjutnya Nash mengemukakan bahwa cara memandang sains terhadap sesuatu itu berbeda dengan cara memandang biasa atau cara memandang filosof misalnya. Cara memandang sains bersifat analisis, melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkan antara satu enomena dengan fenomena yang lain sehingga secara keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati. Lebih lanjut ia menandaskan bahwa ”the whole science is nothing more than a refinement of everyday thinking”. Kalimat tersebut maksudnya adalah metode berpikir atau pola pikir sains tidak sama dengan pola pikir seharihari, di mana berpikirnya harus menjalani “refinement” sehingga cermat dan lengkap.
Nagel dalam bab pertama dalam buku Philosophy of Science Today karangan Sidney Morgenbesser mengemukakan sains dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu;
1. Aspek tujuan, sains adalah sebagai alat unstuck menguasai alam, dan memberi sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Sebagai contoh: berbagai keuntungan yang didapat dari sains dan teknologinya di bidang kesehatan dan industri.
2. Aspek pengetahuan yang sistematik, dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
3. Aspek metode, metode sains merupakan suatu perangkat aturanaturan untuck memecahkan masalah, untuk mendapatkan hokum-hukum ataupun teori-teori dari objek yang diamati.

Pelaksana

Pembelajar pada pembelajaran pedagogik ini adalah anak-anak berusia enam sampai sepuluh tahun yang berjumlah empat orang. Seluruh anggota kelompok berperan sebagai pelaksana.

Pelaksanaan

Hari Pertama:
Jenis Kegiatan:
1.      Perkenalan
Kelompok memperkenalkan diri pada anak-anak untuk membangun rasa percaya dan rasa nyaman selama kegiatan berlangsung. Perkenalan dibarengi dengan bertanya tentang hobi dan cita-cita anak.
2.      Penggabungan Warna
Anak mulai diberi pembelajaran sambil bermain mengenai penggabungan warna. Anak diharapkan dapat membedakan warna primer (merah, kuning, biru) dan warna sekunder (penggabungan warna primer). Anak juga dapat menyebutkan benda-benda sesuai warna yang akan disebutkan.
Alat dan bahan:
Plastik mika berwarna merah, kuning dan biru.
Kertas HVS putih
Steples
Cara kerja
:
kertas HVS putih akan tempelkan mika kuning di atasnya, kemudian ditempelkan lagi mika biru diatasnya. Dan anak-anak disuruh menyebut warna apa yang tercipta antara penggabungan mika kuning dan biru.  Dengan langkah sama, mika merah ditempel lalu mika kuning juga ditempel diatasnya. Dan anak-anakpun  disuruh menyebutkan warna apa yang terlihat. Dan terakhir, mika merah di atas mika biru. Anak-anak juga disuruh sebut warna apa yang terlihat.
Ini merupakan penggabungan warna yang pertama, untuk lebih jelasnya lagi, kelompok akan menggunakan media lain untuk menjelaskan tentang penggabungan warna seperti berikut.

Alat dan bahan:
Gelas plastik bening (9 buah)
Air
Pewarna makanan merah, kuning, biru
Cara kerja:
Isi 3 gelas plastik dengan air bening (tidak berwarna). Teteskan pewarna merah ke dalam gelas pertama, kuning ke dalam gelas kedua dan biru ke dalam gelas ketiga. Apa yang terjadi? Bagilah cairan berwarna merah, kuning dan biru tadi masing-masing menjadi tiga. Campurkan cairan merah dengan kuning, apa yang terjadi? Campurkan cairan merah dengan biru, apa yang terjadi? Campurkan cairan kuning dengan biru, apa yang terjadi?

Hari Kedua:
1.      Teka-teki Jeruk
Pada sesi ini dibutuhkan dua jeruk. Satu jeruk utuh dengan kulitnya, dan satu jeruk lagi dikupas kulitnya. Dan dibutuhkan stoples yang berisi air. Anak-anak disuruh menebak, jeruk utuh dengan kulitnya jika dimasukkan kedalam stoples yang berisi air akan terapung atau tenggelam. Begitu juga dengan jeruk yang sudah dikupas kulitnya. Kemudian kelompok akan membrikan penjelasan secara ilmiah kenapa jeruk yang ada kulitnya terapung dan jeruk yang dikupas kulitnya tenggelam.
2.      Kapur Barus Lompat
Dalam sesi kedua ini, diharapkan anak akan mengenali posisi benda di dalam air (tenggelam, terapung, melayang).
Alat dan bahan:
Kapur barus berbentuk bola
Cuka
Soda kue
Air
Gelas
Sendok
Cara kerja
:
Isi gelas dengan air hingga tiga per empat bagian. Tuangkan dua sendok cuka dan dua sendok soda kue, kemudian aduk sampai merata. Ketuk-ketukkan kapur barus ke meja sehingga permukaannya yang halus menjadi kasar. Masukkan kapur barus ke dalam gelas. Apa yang terjadi?
Konsep
Pertama kali kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur barus akan tampak seperti berlompatan.
3.      Penutup
Setelah semua sesi sains sederhana yang kami buat selesai, maka kami memberikan kata penutupan kepada anak-anak yang telah mengikuti program kami ini.
Tempat : Jl. Sei Mencirim Gg. Pribadi
Jadwal
Kegiatan
Rincian Pelaksana
Hari Pertama
1.      Perkenalan
2.      Penggabungan Warna

1.      Semua anggota memperkenalkan diri
2.      Penjelasan: Icfadila & Mentari. Pengawasan: Sonya & Agnes. Video: Devi.
Hari Kedua
1.      Teka-Teki Jeruk
2.      Kapur Barus Lompat
3.      Penutup
1.      Penjelasan: Devi & Sonya. Pengawasan: Mentari & Agnes. Video: Icfadila.
2.      Penjelasan: Agnes & mentari. Pengawasan: Icfadila & Devi. Video: Sonya
3.      Semua anggota memberikan kata penutup.

Daftar Pustaka
Bell, Beverly. (1993). Children’s Science, Constructivism and Learning in Science. Australia: Deakin University Press.
 DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta. Hal. 38-39. 
Kumpulan Makalah tentang Literasi Sains dan Teknologi. IKIP, Bandung.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates